Uni Eropa Desak China Ambil Peran Global Hadapi Krisis Iklim

Jakarta, sustainlifetoday.com — Uni Eropa secara terbuka mendorong China untuk mengambil tanggung jawab yang lebih besar dalam penanganan krisis iklim global. Seruan ini disampaikan dalam pertemuan tingkat tinggi antara Komisioner Iklim Uni Eropa Wopke Hoekstra dan pejabat senior pemerintah China yang berlangsung di Beijing.
Sebagai negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia dan penghasil emisi karbon terbesar secara global, China dinilai memiliki peran krusial dalam mempercepat penurunan emisi gas rumah kaca. Dalam pertemuan tersebut, Uni Eropa menekankan perlunya transisi segera dari energi fosil, khususnya batu bara ke energi bersih dan berkelanjutan.
“Kami mendorong China untuk lebih menunjukkan kepemimpinan dalam aksi iklim global dan benar-benar mengurangi emisi dalam beberapa tahun ke depan, serta keluar dari pemakaian batu bara,” ujar Hoekstra dalam wawancara bersama Reuters, dikutip Senin (14/7).
Desakan ini disampaikan di tengah meningkatnya pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara di China. Menurut laporan Greenpeace, hanya dalam tiga bulan pertama tahun 2025, pemerintah China telah menyetujui pembangunan pembangkit baru sebesar 11,29 gigawatt (GW), angka yang bahkan melampaui total persetujuan paruh pertama tahun sebelumnya.
Baca Juga:
- Hujan di Musim Kemarau Jadi Alarm Krisis Iklim, Greenpeace Kritik Pemerintah
- Menlu Sugiono Sebut ASEAN Mesti Jadi Magnet Investasi Berkelanjutan
- PBB Rilis Daftar 48 Perusahaan yang Terlibat dalam Krisis di Gaza
Data dari World Economic Forum juga menunjukkan bahwa China masih menjadi penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar di dunia, di tengah komitmen global untuk menjaga suhu bumi di bawah 1,5°C sesuai Kesepakatan Paris.
Meskipun Uni Eropa terbuka terhadap peluang kerja sama, Hoekstra menegaskan bahwa komitmen nyata jauh lebih penting ketimbang pernyataan simbolik semata.
“Kami terbuka untuk mempertimbangkan deklarasi bersama, tetapi yang paling penting dari pernyataan semacam ini adalah substansi dari isi komitmen tersebut,” ungkapnya kepada Financial Times.
Menjelang Konferensi Iklim PBB COP30 yang akan diselenggarakan di Brasil pada November mendatang, Uni Eropa berharap dapat menjajaki kerja sama lebih lanjut dengan China dalam rangka mempercepat transisi global menuju energi bersih dan adil.