90% BBM Indonesia Masih Tinggi Sulfur, Pemerintah Minta Percepatan Konversi

JAKARTA, sustainlifetoday.com — Pemerintah menegaskan pentingnya percepatan penggunaan bahan bakar minyak (BBM) rendah sulfur sebagai langkah strategis mengurangi emisi dan menekan polusi udara di perkotaan.
Menteri Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan (LH/BPLH), Hanif, menjelaskan bahwa kualitas udara yang buruk di Indonesia, khususnya Jakarta, sangat dipengaruhi oleh penggunaan BBM dengan kadar sulfur tinggi.
“Dari udara yang tidak sehat di Jakarta, maka kontribusi utamanya ada di bahan bakar minyak kita. Hampir 90 persen BBM kita memiliki kandungan sulfur di atas 1.500 ppm. Padahal Euro IV hanya membolehkan 50 parts per million (ppm),” kata Hanif seperti dikutip dari detikOto, Rabu (10/9).
Menurutnya, Indonesia sebenarnya sudah memiliki beberapa produk BBM dengan standar rendah sulfur, seperti Pertamina Dex, Pertamax Turbo, dan Pertamax Green 95. Namun, ketersediaannya masih sangat terbatas dibandingkan BBM dengan kandungan sulfur tinggi.
“Apa yang memiliki kandunga sulfur yang rendah? Di antaranya untuk gasoil adalah Pertamina Dex. Ini boleh kita lihat kalau kita kemudian lihat jumlahnya itu hanya sedikit dari semua yang ada di pom-pom kita,” jelas Hanif.
Baca Juga:
- Dipanggil Presiden Prabowo, Menhut: Bahas Isu Hutan dan Konservasi Gajah
- Prabowo Umumkan Reshuffle Kabinet Merah Putih, Tambah Kementerian Baru
- Medco Energi Pasang 1.500 Panel Surya, Kurangi Emisi Hingga 934 Ton per Tahun
“Jadi BBM kita, kandungan sulfurnya di atas 1.500 ppm yang kemudian pada BBM setara Euro IV itu hanya boleh 50 ppm. Itu (BBM dengan sulfur rendah) ada di Pertamina Dex, kemudian Pertamax Turbo sama Pertamax (Green) RON 95. Di luar itu semua di atas 1.000 ppm kandungan sulfurnya,” lanjutnya.
Hanif menegaskan penggunaan BBM tinggi sulfur berkontribusi langsung terhadap penurunan kualitas udara, sehingga diperlukan keberanian untuk melakukan konversi penuh ke BBM rendah sulfur.
“Ini kita sudah berkali-kali menuntut keberanian kita untuk mengkonversi BBM yang tinggi sulfur menjadi BBM yang rendah sulfur,” ujarnya.
Sejalan dengan dorongan pemerintah, PT Pertamina (Persero) menegaskan komitmen jangka panjangnya melalui peta jalan Net Zero Emission (NZE). Direktur Utama Pertamina, Simon Aloysius Mantiri, menyampaikan bahwa target NZE Pertamina tidak berdiri sendiri, melainkan terintegrasi dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 serta visi Indonesia Emas 2045.
“Visi dan misi kami selaras dengan Asta Cita, yaitu memastikan ketersediaan energi yang andal, terjangkau, dan berkelanjutan. Ini bukan sekadar target korporasi, tetapi amanah nasional untuk menjaga keberlangsungan energi bagi generasi sekarang dan yang akan datang,” kata Simon.
Melalui roadmap ini, Pertamina berkomitmen memperkuat energi terbarukan, memperluas pengembangan energi bersih, dan memastikan transisi menuju pertumbuhan ekonomi rendah karbon dapat berjalan beriringan dengan kebutuhan energi nasional.